(Representasi Doa Orang Simapitowa)
Di tanah yang kami pijak dengan doa, kami dirikan dinding dari niat dan harapan orang Mapiha. Bukan bata yang menegakkan asrama ini, melainkan tangan-tangan yang tak gentar oleh hujan, dan hati-hati yang menolak menyerah pada panas siang.
Inilah rumah kecil kami, rumah para pejuang sunyi dari Siriwo, Mapia, Piyaiye, Topo, dan Wanggar nama yang lahir dari peluh, kasih, dan keyakinan.
Setiap tetes keringat adalah batu pertama, setiap langkah kecil adalah doa yang dibisikkan kepada bumi.
Dari setiap paku yang tertancap, kami titipkan mimpi bagi generasi rumpun pelajar dan mahasiswa Simapitowa. Agar mereka tahu berdiri berarti berbagi, bernaung berarti bersyukur, dan membangun berarti mencintai.
Tuhan, lihatlah kami, masyarakat Simapitowa kami tak kaya harta, tapi kaya harapan.Kami tidak menumpuk emas, kami menumpuk semangat dan gotong royong.
Kami bukan sekadar membangun tempat tidur, tetapi sedang mendirikan keyakinan bahwa kebersamaan lebih kokoh dari tembok mana pun, dan cinta kepada tanah asal lebih kuat dari fondasi apa pun.
Biarlah angin pagi membawa doa kami menyusuri lembah Siriwo, menyeberangi sungai Mapia, menembus kabut Topo, melewati bukit Wanggar, hingga sampai ke kampung-kampung kecil yang menanti kabar baik bahwa anak-anakmu di tanah perantauan telah punya rumah bagi cita-cita, dan pelita kecil di Jayapura kini mulai menyala.
Asrama ini bukan milik kami saja ia milik semua yang pernah berharap dan berdoa. Milik para ibu yang menjahit dengan air mata, para ayah yang mengangkat doa di ladang dan para pemuda yang berani bermimpi di bawah langit gelap.
Asrama ini adalah wujud kasih yang menjelma menjadi dinding, harapan yang menjelma menjadi atap, dan doa yang menjelma menjadi cahaya di setiap jendela malam.
Kelak, ketika generasi baru menapaki pintu ini, mereka akan tahu bahwa bangunan ini lahir bukan dari uang, tetapi dari cinta yang bersatu di antara orang-orang kecil yang besar karena keyakinan.
Di sinilah kami belajar hidup dalam satu napas, satu hati, satu nama: Simapitowa. Tempat pulang bagi doa, tempat tumbuh bagi masa depan, tempat di mana Tuhan menanam harapan dan kami menjaganya dengan iman.
Karya: Elisabeth Kegiye Didedikasikan untuk Rumpun Pelajar dan Mahasiswa Simapitowa Jayapura

0 Komentar