“Aku Bangga Menjadi Anggota Rpm Simapitowa” Kalimat ini menjadi nadi dalam diriku yang terus memompa jantungku unuk berani bermimpi, berani bersain dan berani berjuaang. Kebanggaanku pada rpm simapiowa bukan semata mata karna aku berasal dari wilayah simapitowa, tetapi organisasi ini memberiku tempat untuk belajar menjadi pemimpin dan membentuk karakterku. Menjadi manusia berintelektual. Menyediakan tempat untuk aku belajar berorganisai.
Mengenalmu adalah Kisah terindah
di hollandia”.
“Akhir desember tepat bulan januari 2019, awal
kisah aku mengenal organisasi ini. Dipadukan dengan aroma cinta yang tertanam
di sanubari. Ada sepenggal rindu yang tak kunjung usai, tumbuh menusuk
pori-pori hingga tertancap jiwa. Rindu terus Mengalir bagaikan sungai degeuwo
yang tak henti mengalir. Tentang impin
dan harapan yang kita jurahkan untuk membangun Harapan yang tertunda. Kamu
adalah salah satu yang ku rindukan kala gerimis membasih gunung weyland,
menutupi kabut membasuh gerimis rindu. ketika
kamu adalah satu-satunya yang megobati sendu yang terus memangilku pulang. Kamu
adalah alasanku untuk kembali dan tetap bermimpi tentang harapan kita dalam
setiap untaian doa. Entah doa ini akan terkabul atau tidak? Hanya kepada Tuhan!
jawaban dari semua harapan yang za rindukan.” Gumamku dalam benakku.
Rumpun pelajar dan mahasiswa/I Siriwo,
Mapia, Piyaiye, Topo Dan Wanggar yang disingkat Rpm Simapitowa adalah salah
satu organisasi yang sudah berdiri di jayapura cukup lama hingga saat ini. Di
halaman sejarah tentang lahirnya organisasi Rpm Simapitowa tentu sudah membaca,
bagaimana perjalanan organisasi dari
pencetus pendahulu, perubahan nama organisasi dari MAGEP sampai MATER dan
selanjutnya dibuah lagi Rumpun pelajar mahasiswa siriwo, mapia, piyaiye, topo,
dan wangar (RPM SIMAPITOWA) melaui sidan-sidan musorpma.
Sudah banyak anggota RPM
SIMAPITOWA yang berhasil di berbagai bidannya masing-masing. Mereka adalah
kaderan dari organisasi yang berjiwa dinamis dan optimis yang siap bersaing di
tingkat yang lebih tinggi. Organisasi ini juga bertujuan saling mengenal
pelajar mahasiswa/i yang berasal dari wilayah simapitowa di kota studi
jayapura, juga melatih mentalitas melaui seminar dan perkenalan yang diadakan
setiap tahun.
Saya adalah saya, saya yang tak pantas
sebut namanya dalam cerita usang ini. Saya adalah saya yang benaknya dipenuh
omong kosong. Tidak pusing! orang lain tertarik atau tidak! Kadang setiap
untaian doa yang dipinta pun tak ada reaksi. Kadang ketika aku merenung
dikamarku dianta remang malam yang sunyi rasanya Setiap kata, setiap nada yang aku
curahkan dalam harapan yang panjang kepada
bulan untuk menyinari jiwa yang beronta-ronta penuh kerinduan ia hanya
mengantung bisu di angksa.
Aku sering mengurung diriku Dalam
diam memaknai rindu yang bersemayam dalam sanubariku, menuliskan diatas keras
usang tentang rinduku yang menggebu. kata demi kata yang penuh resah dan gelisa
di akhri dengan berharap ada insan budiman mengobankan waku sejenak membaca
perjuang pembangunan asrama ini, agar mereka mengerti rumitnya jalan swadaya
yang ditempuh.
Sore itu ketika aku duduk bersama
kaka senior saya sembari menikmati kopi modio di para para. Ia menatapku
serius. Matanya molot padaku. Aku terdiam sembari menundukan kepalaku. Takut ia
memukuliku. Dalam panik jiwaku kakaku bercelote seirus .
“kalau ko tidak ikut perkenalan,
saya tidak anggap ko sebagai za pu adik. Dimanapun ko ketemu za, jangan panggil
za kak, za anggap Ko orang lain” Ungkapnya dengan tegas sembari mengerup
seteguk kopi yang masih panas. Sementara angin pasifik sesekalo bersepoi
memeluk kami lalu hilang enta kemana.
Aku baru setahun di kota ini, tak
turuti kata katanya aku mengundang amarah dan pukulan dari kakaku. Sebabnya aku
berkomitmen akan mengikuti Seminar dan perkenalan ditahun 2019. di tahun itu
aku salah salah satu siswa dari puluhan mahasiswa baru.
Aku sanagt
mengapresiasi anggota simapitowa yang memiliki penkaderan karena disana tempat didikan yang sangat luar
biasa. Berbagai bidan sudah ada di organisasi, tergantung kita untuk
menempatkan bidan yang dimiliki untuk lebih memantapkan diri, agar di dunia
pendidikan ataupun dunia kerja tinggal menunjukkan kemampuan yang kita miliki kepada
orang lain.
Setelah aku bergabung aku
mengerti satu hal dalam relung hati anggota rpm simapitowa mendamba kerinduan
yang bersemayam, rinduan untuk asrama. Terlepas dari itu senior - senior tetap
semagat mendidik adik-adik untuk tetap berjuang meraih mimpi dan cita-cita. “Kita
adalah generasi yang mewariskan regenerasi untuk menjaga tanah dan alam
simapitowa dari kapitalisme yang merajalela di atas tanah Papua.” Tutur seorang
kakak saat memberi kami materi tentang kejamnya kapitalisme di papua.
Aku juga mengingat pada kesempaan
yang sama lelaki bertubuh tinggi berkumis dengan nada santai dengan mempoleskan
senyuman berucap. “kegagalan hanya kesempatan lain untuk memulai lagi dengan
lebih pandai, jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain. Sukses
pasti diraih selama semagat persatuan kita masih tetap kokoh.” Ucapnya sembari
ia mterus menjelaskan tentang menggali potensi diri. Kata kata itu terekam
kemudian bersemayam dalam relung hatiku.
Setelah resmi menjadi anggota Rpm Simapitowa,
salah satu perubahan yang dirasakan oleh diri sendiri, salah satunya keberanian,
berani mengejar mimpi. Setiap malam minggu, gubuk tewey menjadi tempat
berpijak, gubuk untas jadi saran diskusi, gubuk buper jadi sumber inspirasi.
Kebersamaan kami tetap terjaga walau jiwa sedang menangis, kami tetap kokoh
walaupun sanubari masih tersimpan dirimu yang selalu diimpikan.
Di tengah kota yang ramai
penghuni. Beberapa gubuk gubuk tua yang
terbuat dari sobetan, dengan kondisi rumah yang sudah lapuk. Gubuk tewey, untas
dan gubuk buper adalah warisan kepada adik-adiknaya dari inteletual dari tahun
ke tahun. Walaupun sudah lapuk, kami tetap tinggal dan berani bermimpi.
Kadang Disaat kami jalan-jalan
menelusuri kota abepura, kami melihat beberapa bangunan asrama berlantai 2 ada
yang tiga dengan puluhan kamar itu membuat kami iri. ada satu bangun lantai
tiga yang terlihat megah. itu adalah asrama Deiya. hidup Mereka sangat bahagia,
menimbah ilmu dengan tenan sedankan diri ini bertahan menahan Rindu.
seandainya?...kerinduanku saat ini akan jadi kenyatan, sungguh aku sangat
bahagia. Bahagia bukan untuk saya, melainkan za pu adik-adik simaptowa, tidak
merinduka apa yang za rasakan saat ini.......
0 Komentar