dinyanyikan hati tanpa nada,
namun gema rindunya
mampu menjangkau ruang
yang tak tersentuh mata.
Cinta itu lagu
liriknya ditulis oleh waktu,
tentang dua jiwa yang saling menunggu
meski dunia memanggil
dari arah yang berbeda.
Cinta itu lagu
kadang pelan seperti hujan dini hari,
kadang riang seperti angin di tepi pantai,
namun selalu jujur
pada rasa yang sembunyi dalam diri.
Cinta itu lagu
yang tak benar-benar usai;
setiap kenangan menjadi bait,
setiap harapan menjelma nada
yang terus bergetar dalam sunyi.
Cinta itu lagu
dan kita hanyalah pendengar
yang perlahan memahami
bahwa kasih sayang adalah musik
yang membuat hati terus berdenyut.
Anna Tekege 1 Mei 2024
Hutan adalah Masa Depan yang Menjaga Kita
Di antara desir angin yang berbisik lembut,
hutan berdiri penjaga waktu yang tak lelah.
Di dadanya, burung-burung menulis lagu,
sementara akar tua memeluk bumi
dengan restu yang turun dari kedalaman.
Hijau dedaunannya bercerita tentang harapan,
tentang masa depan yang tumbuh dari teduh.
Setiap helai rumput, setiap tetes embun,
adalah janji bahwa hidup
selalu menemukan jalan pulang.
Namun hutan pun bisa menangis,
ketika ranting patah oleh ambisi yang rakus.
Asap menutup mimpi, tanah kehilangan nyanyiannya,
dan mata air perlahan lupa
bagaimana caranya bernapas.
Wahai penjaga masa depan,
peluklah hutan seperti kau memeluk esok hari.
Sebab di tiap hembusan angin,
ada kehidupan yang menanti untuk lestari.
Hutanku adalah masa depanku
tempat segala harapan tumbuh dan bertunas.
Selama kita menjaga hijau mata bumi,
kita pun menjaga hidup
yang berdiam dalam diri kita sendiri.
Anna Tekege 15 September 2024
Sejak Mata Hari Mengajari Kita Terbit
Sejak mata hari membuka tirai langit,
cahaya pertama menyentuh bahu bumi
dengan lembut seperti salam yang lama tak terucap.
Embun di ujung daun berkilau,
menyimpan rahasia malam
yang perlahan menguap
dibawa angin pagi.
Sejak mata hari menjejak cakrawala,
bayang-bayang menemukan bentuk,
dan langkah manusia dituntun kembali
oleh hangat yang menghidupkan harap.
Pada detik itu, dunia terasa baru
seolah segala luka bisa disembuhkan,
segala takut dilepaskan,
dan segala mimpi ditanam ulang.
Sejak mata hari bersinar,
aku pun belajar terbit perlahan:
meninggalkan gelap di belakang punggung,
menyambut terang yang hadir
tanpa syarat.
Anna Tekege 6 Agustus 2025
Derita di Balik Jeruji: Suara yang Mencari Cahaya
Di jalan-jalan sunyi yang tak bersuara,
terdengar tangis yang tertahan,
jeritan yang tak terucap
derita yang tak terukur oleh kata.
Di balik jeruji besi yang dingin,
hidup jiwa-jiwa yang terpenjara;
hak yang direnggut, kebebasan yang hilang,
sementara keadilan berjalan terpincang.
Mereka yang mestinya dilindungi
justru menjadi korban;
kekerasan dan kesewenang-wenangan
menjadi bayang-bayang hidup mereka.
Namun di tengah gelap itu,
masih ada suara yang berani menyala—
suara yang menolak padam,
yang berdiri demi keadilan.
Mari kita berdiri bersama,
menjadi lidah bagi yang bungkam,
menjadi kekuatan bagi yang lemah,
menjadi saksi bagi hak asasi
yang tak boleh dipatahkan.
Di balik jeruji besi yang dingin,
tersembunyi kisah yang nyaris tak terdengar:
air mata yang menetes tanpa saksi,
hati yang retak tanpa peluk.
Namun cahaya kecil tetap bertahan,
menyusup lewat celah paling sempit—
membawa kekuatan untuk bangkit,
mengingatkan bahwa jiwa
tidak dapat dipenjara selamanya.
Derita boleh mengurung tubuh,
namun tidak akan pernah mampu
memadamkan semangat yang bebas.
Anna Tekege 5 November 2025

0 Komentar