Rumah Dari Air Mata dan Doa


Oleh: Isayas Iyai

Di tanah rantau yang jauh dari pelukan ibu, kami berdiri dengan tangan kosong, memandang sebidang tanah yang kering, namun di sanalah kami menanam harapan.

Asrama ini bukan sekadar bangunan, ia tumbuh dari air mata dan doa yang panjang, dari langkah-langkah lelah mahasiswa yang tak pulang,dari hati yang berjanji “Kami akan membangun, walau dengan luka.”

Kami gali tanah dengan tangan sendiri, mengangkat batu sambil mengangkat harapan.

Setiap tetes keringat jatuh seperti hujan kecil, menyuburkan cita-cita yang hampir layu oleh waktu.

Malam-malam panjang kami lalui tanpa cahaya, hanya ditemani bisik doa yang lirih,

semoga dinding ini segera berdiri, agar kami punya tempat bernaung dari sunyi dan rindu.

Rumah ini bukan dari bata semata, tapi dari kasih dan kerinduan akan kebersamaan, dari keyakinan bahwa ilmu akan tumbuh di tanah yang disiram dengan ketulusan.

Setiap batu yang kami letakkan adalah kenangan dari perjalanan panjang, tentang anak-anak yang tak menyerah pada nasib, tentang tangan-tangan yang menggenggam masa depan dengan iman.

Puji Tuhan, kami berkata pelan,semoga asrama ini menjadi saksi  bahwa dari air mata, lahirlah rumah bagi doa yang tak pernah berhenti.

Isaias Iyai Sekertaris Panitia Pelaksana Turnamen Cup VII Simapitowa 


Posting Komentar

0 Komentar